KH. Hasan Fauzi: Boleh Putus Sekolah, Tapi Jangan Putus Belajar
Karyabuatanku - Selasa (26/4), sebanyak 49 santri mutakharijin 1437 H PP. MUS-YQ Putra Kudus mengadakan kegiatan muwada'ah. Dalam kegiatan ini, yang menjadi pengisi mauidhah hasanah adalah beliau KH. Hasan Fauzi Maskan. Dalam penyampaiannya, beliau berpesan tentang betapa penting dan berharganya ilmu pada saat menyampaikan mauidhah dan sambutan pengasuh PP. MUS-YQ Putra dalam acara Haflatul Wada' Mutakharijin untuk tetap belajar atau ngaji walaupun ketika keadaan tidak memungkinkan untuk melanjutkan sekolah.

Acara Haflatul Wada' yang diprakarsai oleh Santri Mutakharijin Tahun 1437 H ini dihadiri oleh KH. M. Ulin Nuha Arwani, KH. Ulil Albab Arwani, Agus H. A. Ainun Na'im (Pimpinan Yayasan Arwaniyyah), KH. M. Arifin Fanani, KH. Hasan Fauzi (Pengasuh PP. MUS-YQ Putra) H. Syaiun Adhim, H. M. Izzuna (Pengurus Yayasan Arwaniyyah), wali-wali santri mutakharijin, 49 Santri Mutakhariji tahun 1437 H dan santri aktif di gedung Thariqah.
Lebih lanjut KH. Hasan Fauzi menguraikan lafadh Ilmu. Lafadh 'Ilmu diambil dari huruf 'ain nya 'illiyin (derajat tertinggi), lam nya lathif (halus, tenang, pemurah, lembut) mim nya mulk (kerajaan) yang berkaitan erat dengan pemiliknya. Orang yang berilmu dapat menjunjung pemiliknya ke tingkat derajat tertinggi, membina pemiliknya berwatak lemah lembut, tenang, pemurah, sopan santun dan dapat membina pemiliknya berjiwa pemimpin (raja).

Ilmu menjadi pembeda antara manusia dan binatang, karena hanya manusialah yang dianugerahi ilmu. Ungkapan yang senada dengannya adalah:

اَلْعِلْمُ اَشْرَفُ شَيْئٍ نَالَهُ رَجُلٌ مَنْ لَمْ يَكُنْ فِيْهِ عِلْمٌ لَمْ يَكُنْ رَجُلًا
"Ilmu adalah sesuatu yang paling mulia yang dicapai oleh seseorang. Barang siapa yang tidak memiliki ilmu maka bukanlah orang."

Betapa berharganya sebuah ilmu sehingga sering orang-orang zaman dahulu berkata pada anaknya "Aku ora ninggali bondo elah angger aku ninggali ilmu" (biarpun aku tidak meninggalkan harta untuk kalian tapi yang penting aku telah membekali kalian dengan ilmu). Pusaka harta suatu saat akan sirna sedang pusaka ilmu itu kekal tidak akan sirna. Segala sesuatu itu ada jalannya. Jalan menuju ke surga adalah ilmu.
"Jangan merasa puas dengan apa yang telah kalian dapati sekarang, karena segala sesuatu ketika telah sempurna maka akan terlihat kekurangannya. Amalkanlah walau hanya sedikit ilmu yang telah kamu peroleh di pondok, karena Allah akan memudahkan ilmu yang belum kamu ketahui." KH. Hasan Fauzi berpesan di akhir mauidhahnya. Pesan yang senada juga disampaikan oleh Ketua Yayasan Arwaniyyah Agus H. A. Ainun Na'im atau yang akrab dikenal Gus Im, "Meninggalkan pondok bukanlah akhir dari sebuah perjalanan tapi justru merupakan awal perjuangan yang sesungguhnya dalam perjalanan mencari Ridlo Allah Subhaanahu Wata'aala." Lebih lanjut Gus Im menegaskan bahwa tidak ada istilah mantan guru atau mantan ustadz. Sudah menjadi hal wajib seorang santri harus menjunjung tinggi almamaternya serta memulyakan dan mengharumkan nama romo yai. Santri jangan sampai lupa kirim do'a kepada romo yai, asatidz agar perjuangan mereka dimudahkan oleh Allah dan selalu dalam lindungan dan ridlo-Nya.

Di akhir sambutan Gus Im mewanti-wanti santri mutakharijin untuk menjadi pelopor penegak shalat di mana pun mereka melanjutkan pendidikannya. Menegakkan shalat itu berarti menjadikan shalat tidak hanya sebatas ritual belaka. 

Source:
Photos: Firman Kaisa​

Tags: KiaiMauidhahNasehatPesantrenPetuahPondokkuSantri

Post a Comment

0 Comments

Skip to main content