Masjid Cheng Ho Surabaya adalah masjid pertama di Indonesia yang menggunakan nama Muslim Tionghoa, dan menjadi simbol perdamaian umat beragama.

Nama masjid ini merupakan bentuk penghormatan pada Cheng Ho, laksamana asal Cina yang beragama Islam. Ia melakukan perjalanan ke kawasan Asia Tenggara dengan mengemban beberapa misi, diantaranya berdagang, menjalin persahabatan, serta menyebarkan ajaran agama Islam.

Pembangunan masjid Cheng Ho atau yang juga dikenal dengan nama Masjid Muhammad Cheng Ho Surabaya bertepatan dengan Isra’ Miraj Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam yakni pada 15 Oktober 2001. Proses nya memakan waktu satu tahun dan baru selesai seluruh bagiannya pada Oktober 2002. Masjid ini didirikan atas prakarsa para sesepuh, penasihat, pengurus Pembina Imam Tauhid Islama (PITI), pengurus Yayasan Haji Muhammad Cheng Ho Indonesia Jawa Timur, serta tokoh masyarakat Tionghoa di Surabaya.

Kompleks masjid dibangun di atas tanah seluas 3.070 m2. Perpaduan gaya Arab dan Tiongkok menjadi ciri khas masjid ini. Arsitektur masjid diilhami Masjid Niu Jie di Beijing yang dibangun pada 996 Masehi, dan tampak pada bagian atap utama, dan mahkota masjid. Selebihnya, masjid ini memadukan gaya arsitektur Arab dan Jawa. Arsitek Masjid Cheng Ho Surabaya ialah Abdul Aziz.


Setiap bagian bangunan masjid mengandung filosofi atau maknanya sendiri. Bagunan utama Masjid Cheng Ho yang berukuran 11 x 9 meter, mengikuti panjang dan lebar Ka’bah saat pertama kali dibangun oleh Nabi Ibrahim 'Alaihis Salam yang berukuran 11 meter. Sementara ukuran 9 meter diambil dari jumlah wali (Wali Songo) yang melaksanakan syiar Islam di Pulau Jawa.

Pintu masuk masjid menyerupai pagoda, dengan relief naga dan patung singa dari lilin bertuliskan “Allah” dalam huruf Arab di bagian puncak pagoda. Di sisi kiri bangunan terdapat sebuah beduk yang kerap digunakan untuk menandai waktu sholat tiba.

Bagian atas bangunan yang bertingkat tiga merupakan pengaruh Hindu Jawa. Bentuknya segi delapan dan menyerupai pagoda. Dalam kepercayaan Tionghoa, angka 8 berarti ‘Fat’ atau keberuntungan. Di bagian serambi masjid terdapat lima buah anak tangka yang merepresentasikan Rukun Islam. Sedangkan enam buah anak tangga di bagian dalam masjid merepresentasikan Rukun Iman. Secara keseluruhan, Masjid Cheng Ho dapat menampung 200 orang jamaah.

Hasil perpaduan berbagai gaya pada ini membuat Masjid Cheng Ho didominasi oleh empat warna: merah, kuning, biru, dan hijau. Dalam kepercayaan Tionghoa, keempat warna ini adalah simbol kebahagiaan, kemasyhuran, harapan, dan kemakmuran.

Selain menikmati keindahan arsitektur bangunan masjid, pengunjung juga dapat melihat relief laksamana yang bernama lengkap Muhammad Cheng Hoo bersama kapal yang digunakan saat mengarungi Samudera Hindia. Salah satu pesan yang hendak disampaikan melalui relief ini adalah agar umat Islam tetap rendah hati dalam menjalani hidup sehari-hari.

Di dalam kompleks masjid terdapat sekolah TK, lapangan olahraga, kantor, serta tempat kursus bahasa Mandarin, dan kantin. Sehingga pengunjung, khususnya masyarakat yang tinggal di sekitar masjid, dapat merasakan manfaat lebih dari tempat ini. Selain aktif digunakan sebagai tempat ibadah harian dan saat hari raya Idul Fitri dan Idul Adha, berbagai kegiatan sosial seperti distribusi sembako mudah, donor darah juga kerap diadakan di sini.

Selain Masjid Cheng Ho Surabaya, masih ada dua masjid serupa yang terdapat di kota lain, yakni Masjid Cheng Ho Palembang atau yang juga bernama Masjid Al Islam Muhammad Cheng Ho, dan Masjid Cheng Ho Pandaan Pasuruan. Masjid ini ramai dikunjungi terutama pada perayaan hari besar umat Islam. Pengunjung yang datang umumnya ingin beribadah, atau sekadar menikmati keindahan arsitektur bangunan masjid.

Masjid Cheng Ho berlokasi di Jalan Gading No. 2, Ketabang, Genteng, atau sekitar 1.000 metersebelah utara Gedung Balaikota Surabaya. Untuk menuju lokasi ini, Anda dapat memilih Jalan Taman Kusuma Bangsa, dan melalui Taman Makam Pahlawan Kusuma Bangsa. Masjid ini terletak di area komplek gedung serba guna PITI Jawa Timur.

Masjid Muhammad Cheng Ho
Jalan Gading No. 2, Kelurahan Ketabang, Kecamatan Genteng.
Surabaya 60272
Tags: Sejarah

Post a Comment

0 Comments

Skip to main content